Minggu, 16 Mei 2010

MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)

Pengertian MP-ASI

MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes RI, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Depkes dan Kesos RI, 2000).
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Semakin meningkat umur bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Azrul Azwar, 2000).

Bahan-bahan Makanan Pendamping ASI

Makanan campuran yang ideal untuk bayi atau anak dibawah usia dua tahun (baduta) harus mengandung enam kelompok bahan pangan sebagai berikut :
a. Makanan Pokok
Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan jenis-jenis makanan lainnya dan mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Makanan pokok penduduk Indonesia sangat bervariasi karena makanan pokok sangat erat hubungannya dengan sumber daya pertanian setempat. Jenis-jenis makanan pokok yang dikonsumsi penduduk Indonesia adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis umbi-umbian seperti talas, ganyong, dan kentang. Makanan pokok merupakan bahan dasar yang sangat baik untuk membuat makanan pendamping ASI sebab biasanya lebih murah dibandingkan jenis makanan lain, lebih mudah didapat, dan juga merupakan sumber utama karbohidrat serta kadang-kadang juga mengandung zat-zat lain yang diperlukan untuk pertumbuhan. Bubur yang lembut, kental, dan gurih dapat dibuat dari makanan pokok apapun dan dapat diberikan sebagai pendamping ASI (Krisnatuti, 2000).
b. Kacang-kacangan
Indonesia sangat kaya jenis kacang-kacangan, mulai kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, kacang merah, kacang bogor, kacang koro, kacang mede, dan masih banyak lagi jenis kacang-kacangan yang khas di daerah tertentu. Kacang-kacangan diperlukan juga oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk pertumbuhan. Kelebihan lain dari kacang-kacangan ini adalah harganya yang lebih murah dibandingkan bahan pangan sumber protein yang berasal dari hewan.
Kulit luar kacang-kacangan sulit dicerna, tetapi melalui pemasakan yang benar dan baik, masalah ini dapat diatasi. Pertama, kacang-kacangan harus direndam terlebih dahulu beberapa saat, kemudian direbus sampai lunak. Kulit arinya dapat dihilangkan dengan cara menggerus atau menyering. Agar bayi menyukai rasa kacang-kacangan maka pemberiannya harus dimulai sedikit demi sedikit. Pertama, campurkan sedikit kacang-kacangan ke dalam bubur, kemudian secara bertahap porsi kacang ditingkatkan secara perlahan (Krisnatuti, 2000).
c. Bahan pangan hewani
Hampir semua bahan pangan yang berasal dari hewan, bergizi tinggi dan sangat baik digunakan sebagai campuran makanan bayi. Namun, bahan pangan hewani umumnya mahal dan tidak mudah diperoleh. Bahan pangan hewani yang baik untuk bayi, antara lain daging sapi, ayam termasuk jeroannya (terutama hati), ikan segar baik ikan air tawar maupun laut, telur dan susu beserta hasil olahannya, seperti keju dan susu asam (yoghurt).
Sebaiknya, daging dicincang atau ditumbuk halus terlebih dahulu sebelum dimasak, sedangkan ikan harus dipisahkan dari durinya secara teliti, kemudian dicincang. Bagian telur yang diberikan umumnya bagian kuningnya saja setelah direbus terlebih dahulu, kemudian dihaluskan dan dicampurkan ke dalam bubur (Krisnatuti, 2000).
d. Sayuran berwarna
Masyarakat Indonesia juga sangat menyukai sayuran. Beranekaragam jenis sayuran dapat diolah menjadi hidangan yang lezat dan bergizi. Sayuran harus diperkenalkan kepada bayi sedini mungkin. Jenis sayuran yang lebih baik untuk campuran makanan bayi adalah sayuran yang kaya akan kandungan karotennya, seperti sayuran berwarna jingga dan hijau. Biasanya, semakin hijau tua dan semakin cerah jingganya kandungan karotennya semakin baik.
Oleh karena organ pencernaan bayi belum sempurna, sebaiknya dipilih sayuran yang lunak, tidak menimbulkan rasa merangsang (asam, pahit, pedas) dan tidak berbau daun. Contoh sayuran yang umum dipergunakan sebagai bahan campuran makanan bayi adalah wortel, tomat merah, bayam, kangkung, sawi hijau, dan sayuran direbus atau dikukus hingga lunak, kemudian dicincang atau diparut. Hasil cincangan atau parutan dicampurkan kedalam bubur (Krisnatuti, 2000).
e. Buah-buahan
Ketersediaan beberapa jenis buah sangat tergantung musim. Pilihlah buah yang sudah masak dan pastikan bahwa buah tersebut tidak asam. Sebaiknya, pilih buah yang berwarna jingga, seperti halnya sayuran (semakin cerah warna jingganya semakin baik). Selain mengandung vitamin dan mineral, pisang pun mengandung karbohidrat. Oleh karena itu, pisang sering dipakai sebagai makanan awal bayi berusia diatas 6 bulan. Buah-buahan lain yang baik untuk bayi antara lain pepaya, mangga, dan jeruk manis. Sebelum dikupas, cuci buah sampai bersih dan setelah dikupas buah dicuci kembali menggunakan air matang. Untuk bayi yang masih berumur 5-7 bulan, buah harus diparut atau ditumbuk, kemudian disaring. Dengan demikian, bayi hanya diberi sari buah saja. Setelah bayi berumur 8 bulan, sari buah tidak perlu disaring lagi sehingga dapat diminum bersama ampasnya. Setelah anak berumur satu tahun, buah dapat diberikan dalam potongan-potongan kecil karena bayi sudah dapat mengunyah (Krisnatuti, 2000).
f. Lemak dan minyak
Lemak dan minyak perlu ditambahkan dalam makanan bayi karena mengandung energi yang tinggi. Lemak dan minyak pun memberi rasa lebih gurih dan makanan menjadi lebih lunak dan mudah ditelan. Gula atau madu dapat menambah energi, selain memberikan rasa manis. Akan tetapi, fungsi gula atau madu bagi tubuh tidak sebaik lemak dan minyak. Beberapa jenis lemak yang dapat ditambahkan pada makanan bayi, antara lain mentega, margarin, keju, dan lemak dari binatang lainnya. Jenis minyak yang umum digunakan, yaitu minyak kelapa, santan, minyak kacang, minyak jagung, dan minyak nabati lainnya (Krisnatuti, 2000).

Manfaat Makanan Pendamping ASI

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi harus mengandalkan ASI saja atau pemberian makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar.
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian makanan tambahan sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Dalam hal ini, para orang tua dianjurkan untuk memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan fisiologis bayi serta aneka ragam makanan dari daerah setempat. Pemberian makanan dari daerah setempat sejak dini akan memungkinkan anak yang bersangkutan menyukai makanan tersebut sampai anak beranjak dewasa.
Selama proses belajar, berbagai jenis makanan tambahan harus dikenalkan kepada bayi secara bertahap, mulai makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat. Dikarenakan bayi adalah bagian dari keluarga maka tahap akhir dari proses belajar adalah memperkenalkan aneka makanan keluarga. Pada saat anak berusia 24 bulan, makanan keluarga inilah yang akan memenuhi kebutuhan zat gizi anak.
Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (di bawah 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, sistim pencernaan bayi akan mengalami gangguan, seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar), dan alergi. Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat adalah setelah bayi berumur 6 bulan (Krisnatuti, 2000).

Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini pada Bayi

Dalam Badan Standarisasi Nasional (2003:1) Azwar (2002) menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air gula, air susu formula, dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan.
Adapun resiko pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu : jangka pendek dan jangka panjang. Resiko jangka pendek adalah mengurangi keinginan bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusui berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang. Dan juga pemberian makanan dini seperti pisang nasi di daerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna/diare karena liat dan tidak bisa dicerna yang disebut phyto bezoar yang dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan risiko jangka panjangnya dihubungkan dengan pemberian makanan tambahan yang tepat diberikan adalah obsesitas, hipertensi, arteriosklerosis dan alergi makanan. Mayer dkk (1988) melaporkan 2-26% diabetes melitus yang bergantung pada insulin pada anak disebabkan oleh pemberian susu formula terlalu dini. Davis dkk (1988) melaporkan pada anak di bawah l5 tahun risiko terjadinya limfoma adalah 5-8 kali bila tidak mendapat ASI atau menyusui kurang dari 6 bulan pada masa bayi.
Selain itu, pemberian makanan padat dini akan menyebabkan kerusakan saluran pencernaan dan menimbulkan gejala Penyumbatan Saluran Pencernaan (PSP). Hal ini telah dibuktikan bahwa pisang yang diberikan sebagai makanan padat dini menyebabkan kematian karena gejala PSP neonatus (bayi berumur kurang dai 1 bulan) sebesar 5,1% dengan Resiko Relatif (RR) 9,15% dan Rentang Kepercayaan (RK) 95% 1,60-42,50% (Wiryo,2001:4-5).
Makanan dini adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi pada usia kurang dari 6 bulan. Makanan bayi yang utama adalah ASI, karena ASI mendukung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi. Pada usia kurang dari 6 bulan pencernaan bayi belum kuat, pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia 6 bulan, karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan saluran pencernaan/diare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar